Penjual Mental Batu Karang

Menjual itu butuh keterampilan dan mental yang tangguh. Dikatakan demikian karena kita berhadapan dengan konsumen. Ketika kita menawarkan produk maka kita akan produk kepada orang yang sebagian besar kita tidak kenal. Musuh yang paling harus kita perangi adalah diri kita sendiri. Malu adalah penyakit seorang sales. Disamping malu juga ada perasaan takut yang menggoda. Seakan akan takut itu muncul ketika kita berniat menawarkan barang kepada seseorang. Apalagi orang yang akan kita singgahi semuanya menatap kekita. Persendian terasa lunglai ketika kita mau singgah. Akhirnya datanglah penyakit itu. Sehingga semakin jalan semakin tidak bisa singga. Semangat juangpun mereka hilang. 

Pikiran berkecamuk, jengkel sama diri sendiri dan menyalahkan nasibnya. Kenapa tidak mampu melakukan itu. Akhirnya hari berlalu tidak mendapatkan apa-apa. Wahai saudarahku perkuatlah tekat anda. Ketemulah banyak orang dan jangan kuatir pasti tidak akan terjadi apa-apa pada diri anda. Itu hanyalah godaan syetan supaya kamu tidak bisa sukses. Setan menghendaki kamu miskin. Coba tanyaka hati kecil anda, pasti dia mengatakan kamu pasti bisa. Majulah jangan kendor. Tetaplah menawarkan dan menawarkan pasti ada yang nyangkut. 

Dunia ini merupakan tempatnya untuk berjuang. Tidak boleh ada kata menyerah dalam kamus kita. Laluilah kegiatan kita dengan tekat dan kegigihan. Jangan takut dan gundah karena Allah bersama dengan orang yang sabar. Jadilah kamu seperti karang dilaut. Biar dihantam tidak goyah. Sebagai penjual walau 1000 penolakan tetaplah maju. Jangan salahkan diri anda. Itu adalah harga untuk menjadi sukses.

Ketika kita berjalan melewati perkampungan dimana saat itu kita melewati banyak orang. Kita adalah sales seharusnya kita singgah ketika menemui orang. Karena orang adalah sasaran kita untuk menjual. Tetapi aneh kita tidak dapat singga karena berat dan merasa diri kita rendah akhirnya kita lewati sekumpulan orang. Dan begitu seterusnya akhirnya kita melalui kampung itu tanpa satupun prospek. 

Didalam pikiran kita mengatakan kenapa saya tidak singgah tadi. Saat itulah kita merasa diri kita tidak mampu. Akhirnya mulailah kita merasakan keputusasaan karena tidak melakukan hal ini. Kalau kita tidak mau menguatkan tekat kita maka ada kemungkinan hal ini akan terulang dan terulang. Dan tanpa terasa hidup kita tidak akan berubah sampai kapanpun. Dulu hingga sekarang hidup kita tetap seperti dahulu. Serba kekurangan dan tidak dihargai oleh orang lain dan bahkan keluarga dekat kita. 

Baca Juga : 


Comments