ALLAH MAHA KAYA
Kita telah mengetahui bahwa Allah satu-satunya pemberi rizki. Rizki
sifatnya umum, yaitu segala sesuatu yang dimiliki hamba, baik berupa
makanan dan selain itu. Dengan kehendak-Nya, kita bisa merasakan
berbagai nikmat rizki, makan, harta dan lainnya. Namun mengapa sebagian
orang sulit menyadari sehingga hatinya pun bergantung pada selain Allah.
Lihatlah di masyarakat kita bagaimana sebagian orang mengharap-harap
agar warungnya laris dengan memasang berbagai penglaris. Agar bisnis
komputernya berjalan mulus, ia datang ke dukun dan minta wangsit, yaitu
apa yang mesti ia lakukan untuk memperlancar bisnisnya dan mendatangkan
banyak konsumen. Semuanya ini bisa terjadi karena kurang menyadari akan
pentingnya aqidah dan tauhid, terurama karena tidak merenungkan dengan
baik nama Allah “Ar Rozzaq” (Maha Pemberi Rizki).
Allah Satu-Satunya Pemberi Rizki
Sesungguhnya Allah adalah satu-satunya pemberi rizki, tidak ada sekutu bagi-Nya dalam hal itu. Karena Allah Ta’ala berfirman,
Tidak ada yang berserikat dengan Allah dalam memberi rizki. Oleh karena itu, tidak pantas Allah disekutukan dalam ibadah, tidak pantas Allah disembah dan diduakan dengan selain. Dalam lanjutan surat Fathir, Allah Ta’ala berfirman,
Selain Allah sama sekali tidak dapat memberi rizki. Allah Ta’ala berfirman,
Seandainya Allah menahan rizki manusia, maka tidak ada selain-Nya yang dapat membuka pintu rizki tersebut. Allah Ta’ala berfirman,
Allah Memberi Rizki Tanpa Ada Kesulitan
Allah memberi rizki tanpa ada kesulitan dan sama sekali tidak terbebani. Ath Thohawi rahimahullah dalam matan kitab aqidahnya berkata, “Allah itu Maha Pemberi Rizki dan sama sekali tidak terbebani.” Seandainya semua makhluk meminta pada Allah, Dia akan memberikan pada mereka dan itu sama sekali tidak akan mengurangi kerajaan-Nya sedikit pun juga. Dalam hadits qudsi disebutkan, Allah Ta’ala berfirman,
Dalam hadits dikatakan, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
Ibnu Hajar Al Asqolani rahimahullah berkata, “Allah sungguh Maha Kaya. Allah yang memegang setiap rizki yang tak terhingga, yakni melebihi apa yang diketahui setiap makhluk-Nya.”
Allah Menjadikan Kaya dan Miskin dengan Adil
Allah memiliki berbagai hikmah dalam pemberian rizki. Ada yang Allah jadikan kaya dengan banyaknya rizki dan harta. Ada pula yang dijadikan miskin. Ada hikmah berharga di balik itu semua. Allah Ta’ala berfirman,
Dalam ayat lain disebutkan,
Dalam ayat kedua di atas, di akhir ayat Allah berfirman (yang artinya), “Sesungguhnya Dia Maha mengetahui lagi Maha melihat akan hamba-hamba-Nya”. Ibnu Katsir menjelaskan maksud penggalan ayat terakhir tersebut, “Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui dan Maha Melihat manakah di antara hamba-Nya yang pantas kaya dan pantas miskin.” Sebelumnya beliau rahimahullah berkata, “Allah menjadikan kaya dan miskin bagi siapa saja yang Allah kehendaki. Di balik itu semua ada hikmah.”
Di tempat lain, Ibnu Katsir menerangkan firman Allah,
Selanjutnya Ibnu Katsir menjelaskan lagi, “Akan tetapi Allah memberi rizki pada mereka sesuai dengan pilihan-Nya dan Allah selalu melihat manakah yang maslahat untuk mereka. Allah tentu yang lebih mengetahui manakah yang terbaik untuk mereka. Allah-lah yang memberikan kekayaan bagi mereka yang Dia nilai pantas menerimanya. Dan Allah-lah yang memberikan kefakiran bagi mereka yang Dia nilai pantas menerimanya.”
Dalam sebuah hadits disebutkan,
Kaya Bukan Tanda Mulia, Miskin Bukan Tanda Hina
Ketahuilah bahwa kaya dan miskin bukanlah tanda orang itu mulia dan hina. Karena orang kafir saja Allah beri rizki, begitu pula dengan orang yang bermaksiat pun Allah beri rizki. Jadi rizki tidak dibatasi pada orang beriman saja. Itulah lathif-nya Allah (Maha Lembutnya Allah). Sebagaimana dalam ayat disebutkan,
Sifat orang-orang yang tidak beriman adalah menjadikan tolak ukur kaya dan miskin sebagai ukuran mulia ataukah tidak. Allah Ta’ala berfirman,
Orang-orang kafir berpikiran bahwa banyaknya harta dan anak adalah tanda cinta Allah pada mereka. Perlu diketahui bahwa jika mereka, yakni orang-orang kafir diberi rizi di dunia, di akherat mereka akan sengsara dan diadzab. Allah subhanahu wa ta’ala telah menyanggah pemikiran rusak orang kafir tadi dalam firman-Nya,
Bukanlah banyaknya harta dan anak yang mendekatkan diri pada Allah, namun iman dan amalan sholeh. Sebagaiman dalam surat Saba’ di atas disebutkan,
Kaya bisa saja sebagai istidroj dari Allah, yaitu hamba yang suka bermaksiat dibuat terus terlena dengan maksiatnya lantas ia dilapangkan rizki. Miskin pun bisa jadi sebagai adzab atau siksaan. Semoga kita bisa merenungkan hal ini.
Ibnu Katsir rahimahullah ketika menerangkan firman Allah,
Sebaliknya, jika Allah menyempitkan rizki, ia merasa bahwa Allah menghinangkannya. Sebenarnya tidaklah sebagaimana yang ia sangka. Tidaklah seperti itu sama sekali. Allah memberi rizki itu bisa jadi pada orang yang Dia cintai atau pada yang tidak Dia cintai. Begitu pula Allah menyempitkan rizki pada pada orang yang Dia cintai atau pun tidak. Sebenarnya yang jadi patokan ketika seseorang dilapangkan dan disempitkan rizki adalah dilihat dari ketaatannya pada Allah dalam dua keadaan tersebut. Jika ia adalah seorang yang berkecukupan, lantas ia bersyukur pada Allah dengan nikmat tersebut, maka inilah yang benar. Begitu pula ketika ia serba kekurangan, ia pun bersabar.”
Sebab Bertambah dan Barokahnya Rizki
Takwa kepada Allah adalah sebab utama rizki menjadi barokah. Allah subhanahu wa ta’ala menceritakan mengenai Ahli Kitab,
Dalam ayat lain, Allah Ta’ala berfirman,
Sebab Berkurang dan Hilangnya Barokah Rizki
Kebalikan dari di atas, rizki bisa berkurang dan hilang barokahnya karena maksiat dan dosa. Mungkin saja hartanya banyak, namun hilang barokah atau kebaikannya. Karena rizki dari Allah tentu saja diperoleh dengan ketaatan. Allah Ta’ala berfirman,
Yang Penting Berusaha dan Tawakkal
Keimanan yang benar rizki bukan hanya dinanti-nanti. Kita bukan menunggu ketiban rizki dari langit. Tentu saja harus ada usaha dan tawakkal, yaitu bersandar pada Allah. Dari Umar bin Al Khoththob radhiyallahu ‘anhu, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
Ibnu ‘Allan mengatakan bahwa As Suyuthi mengatakan, “Al Baihaqi mengatakan dalam Syu’abul Iman:
Hadits ini bukanlah dalil untuk duduk-duduk santai, enggan melakukan usaha untuk memperoleh rizki. Bahkan hadits ini merupakan dalil yang memerintahkan untuk mencari rizki karena burung tersebut pergi di pagi hari untuk mencari rizki. Jadi, yang dimaksudkan dengan hadits ini –wallahu a’lam-: Seandainya mereka bertawakkal pada Allah Ta’ala dengan pergi dan melakukan segala aktivitas dalam mengais rizki, kemudian melihat bahwa setiap kebaikan berada di tangan-Nya dan dari sisi-Nya, maka mereka akan memperoleh rizki tersebut sebagaimana burung yang pergi pagi hari dalam keadaan lapar, kemudian kembali dalam keadaan kenyang. Namun ingatlah bahwa mereka tidak hanya bersandar pada kekuatan, tubuh, dan usaha mereka saja, atau bahkan mendustakan yang telah ditakdirkan baginya. Karena ini semua adanya yang menyelisihi tawakkal.”[9]
Rizki yang Paling Mulia
Sebagian kita menyangka bahwa rizki hanyalah berputar pada harta dan makanan. Setiap meminta dalam do’a mungkin saja kita berpikiran seperti itu. Perlu kita ketahui bahwa rizki yang paling besar yang Allah berikan pada hamba-Nya adalah surga (jannah). Inilah yang Allah janjikan pada hamba-hamba-Nya yang sholeh. Surga adalah nikmat dan rizki yang tidak pernah disaksikan oleh mata, tidak pernah didengar oleh telinga, dan tidak pernah tergambarkan dalam benak pikiran. Setiap rizki yang Allah sebutkan bagi hamba-hamba-Nya, maka umumnya yang dimaksudkan adalah surga itu sendiri. Hal ini sebagaimana maksud dari firman Allah Ta’ala,
Jika setiap kita memahami hal ini, yang Allah satu-satunya pemberi rizki dan sungguh Allah benar-benar yang terbaik bagi kita, maka tentu saja kita tidak akan menggantungkan hati pada selain Allah untuk melariskan bisnis. Allah Ta’ala sungguh benar-benar Maha Mencukupi. Allah Maha Mengetahui manakah yang terbaik untuk hamba-Nya, sehingga ada yang Dia jadikan kaya dan miskin. Setiap hamba tidak perlu bersusah payah mencari solusi rizki dengan meminta dan menggantungkan hati pada selain-Nya. Tidak perlu lagi bergantung pada jimat dan penglaris. Gantilah dengan banyak memohon dan meminta kemudahan rizki dari Allah. Wallahu waliyyut taufiq. (*)
Finished on Monday, 2nd Dzulhijjah 1431 H (8/11/2010), in KSU, Riyadh, KSA
Penulis: Muhammad Abduh Tuas
sumber : https://muslim.or.id/5562-memahami-allah-maha-pemberi-rizki.html
Allah Satu-Satunya Pemberi Rizki
Sesungguhnya Allah adalah satu-satunya pemberi rizki, tidak ada sekutu bagi-Nya dalam hal itu. Karena Allah Ta’ala berfirman,
يَا أَيُّهَا النَّاسُ اذْكُرُوا نِعْمَةَ
اللَّهِ عَلَيْكُمْ هَلْ مِنْ خَالِقٍ غَيْرُ اللَّهِ يَرْزُقُكُمْ مِنَ
السَّمَاءِ وَالْأَرْضِ
“Hai manusia, ingatlah akan nikmat Allah kepadamu. Adakah
Pencipta selain Allah yang dapat memberikan rezki kepada kamu dari
langit dan bumi?” (QS. Fathir: 3)
قُلْ مَنْ يَرْزُقُكُمْ مِنَ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ قُلِ اللَّهُ
“Katakanlah: “Siapakah yang memberi rezeki kepadamu dari langit dan dari bumi?” Katakanlah: “Allah.” (QS. Saba’: 24)Tidak ada yang berserikat dengan Allah dalam memberi rizki. Oleh karena itu, tidak pantas Allah disekutukan dalam ibadah, tidak pantas Allah disembah dan diduakan dengan selain. Dalam lanjutan surat Fathir, Allah Ta’ala berfirman,
لَا إِلَهَ إِلَّا هُوَ فَأَنَّى تُؤْفَكُونَ
“Tidak ada ilah (sesembahan) yang berhak disembah selain Allah;
maka mengapakah engkau bisa berpaling (dari perintah beribadah kepada
Allah semata)?” (QS. Fathir: 3)Selain Allah sama sekali tidak dapat memberi rizki. Allah Ta’ala berfirman,
وَيَعْبُدُونَ مِنْ دُونِ اللَّهِ مَا لَا يَمْلِكُ لَهُمْ رِزْقًا مِنَ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ شَيْئًا وَلَا يَسْتَطِيعُونَ
“Dan mereka menyembah selain Allah, sesuatu yang tidak dapat
memberikan rezki kepada mereka sedikitpun dari langit dan bumi, dan
tidak berkuasa (sedikit juapun).” (QS. An Nahl: 73)Seandainya Allah menahan rizki manusia, maka tidak ada selain-Nya yang dapat membuka pintu rizki tersebut. Allah Ta’ala berfirman,
مَا يَفْتَحِ اللَّهُ لِلنَّاسِ مِنْ
رَحْمَةٍ فَلَا مُمْسِكَ لَهَا وَمَا يُمْسِكْ فَلَا مُرْسِلَ لَهُ مِنْ
بَعْدِهِ وَهُوَ الْعَزِيزُ الْحَكِيمُ
“Apa saja yang Allah anugerahkan kepada manusia berupa rahmat,
maka tidak ada seorang pun yang dapat menahannya; dan apa saja yang
ditahan oleh Allah maka tidak seorangpun yang sanggup melepaskannya
sesudah itu. dan Dialah yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.”
(QS. Fathir: 2). Itu memang benar, tidak mungkin ada yang dapat
memberikan makan dan minum ketika Allah menahan rizki tersebut.Allah Memberi Rizki Tanpa Ada Kesulitan
Allah memberi rizki tanpa ada kesulitan dan sama sekali tidak terbebani. Ath Thohawi rahimahullah dalam matan kitab aqidahnya berkata, “Allah itu Maha Pemberi Rizki dan sama sekali tidak terbebani.” Seandainya semua makhluk meminta pada Allah, Dia akan memberikan pada mereka dan itu sama sekali tidak akan mengurangi kerajaan-Nya sedikit pun juga. Dalam hadits qudsi disebutkan, Allah Ta’ala berfirman,
يَا عِبَادِى لَوْ أَنَّ أَوَّلَكُمْ
وَآخِرَكُمْ وَإِنْسَكُمْ وَجِنَّكُمْ قَامُوا فِى صَعِيدٍ وَاحِدٍ
فَسَأَلُونِى فَأَعْطَيْتُ كُلَّ إِنْسَانٍ مَسْأَلَتَهُ مَا نَقَصَ ذَلِكَ
مِمَّا عِنْدِى إِلاَّ كَمَا يَنْقُصُ الْمِخْيَطُ إِذَا أُدْخِلَ
الْبَحْرَ
“Wahai hamba-Ku, seandainya orang-orang yang terdahulu dan
orang-orang yang belakangan serta semua jin dan manusia berdiri di atas
bukit untuk memohon kepada-Ku, kemudian masing-masing Aku penuh
permintaannya, maka hal itu tidak akan mengurangi kekuasaan yang ada di
sisi-Ku, melainkan hanya seperti benang yang menyerap air ketika
dimasukkan ke dalam lautan.” (HR. Muslim no. 2577, dari Abu Dzar Al
Ghifari). Mengenai hadits ini, Ibnu Rajab rahimahullah berkata, “Hadits
ini memotivasi setiap makhluk untuk meminta pada Allah dan meminta
segala kebutuhan pada-Nya.”Dalam hadits dikatakan, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
« إِنَّ اللَّهَ قَالَ لِى أَنْفِقْ
أُنْفِقْ عَلَيْكَ ». وَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- «
يَمِينُ اللَّهِ مَلأَى لاَ يَغِيضُهَا سَحَّاءُ اللَّيْلَ وَالنَّهَارَ
أَرَأَيْتُمْ مَا أَنْفَقَ مُذْ خَلَقَ السَّمَاءَ وَالأَرْضَ فَإِنَّهُ
لَمْ يَغِضْ مَا فِى يَمِينِهِ »
“Allah Ta’ala berfirman padaku, ‘Berinfaklah kamu, niscaya Aku
akan berinfak (memberikan ganti) kepadamu.’ Dan Rasulullah shallallahu
‘alaihi wasallam bersabda, “Pemberian Allah selalu cukup, dan tidak
pernah berkurang walaupun mengalir siang dan malam. Adakah terpikir
olehmu, sudah berapa banyakkah yang diberikan Allah sejak terciptanya
langit dan bumi? Sesungguhnya apa yang ada di Tangan Allah, tidak pernah
berkurang karenanya.” (HR. Bukhari no. 4684 dan Muslim no. 993)Ibnu Hajar Al Asqolani rahimahullah berkata, “Allah sungguh Maha Kaya. Allah yang memegang setiap rizki yang tak terhingga, yakni melebihi apa yang diketahui setiap makhluk-Nya.”
Allah Menjadikan Kaya dan Miskin dengan Adil
Allah memiliki berbagai hikmah dalam pemberian rizki. Ada yang Allah jadikan kaya dengan banyaknya rizki dan harta. Ada pula yang dijadikan miskin. Ada hikmah berharga di balik itu semua. Allah Ta’ala berfirman,
وَاللَّهُ فَضَّلَ بَعْضَكُمْ عَلَى بَعْضٍ فِي الرِّزْقِ
“Dan Allah melebihkan sebahagian kamu dari sebagian yang lain dalam hal rezki.” (QS. An Nahl: 71)Dalam ayat lain disebutkan,
إِنَّ رَبَّكَ يَبْسُطُ الرِّزْقَ لِمَنْ يَشَاءُ وَيَقْدِرُ إِنَّهُ كَانَ بِعِبَادِهِ خَبِيرًا بَصِيرًا
“Sesungguhnya Tuhanmu melapangkan rezki kepada siapa yang Dia
kehendaki dan menyempitkannya; Sesungguhnya Dia Maha mengetahui lagi
Maha melihat akan hamba-hamba-Nya.” (QS. Al Isro’: 30)Dalam ayat kedua di atas, di akhir ayat Allah berfirman (yang artinya), “Sesungguhnya Dia Maha mengetahui lagi Maha melihat akan hamba-hamba-Nya”. Ibnu Katsir menjelaskan maksud penggalan ayat terakhir tersebut, “Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui dan Maha Melihat manakah di antara hamba-Nya yang pantas kaya dan pantas miskin.” Sebelumnya beliau rahimahullah berkata, “Allah menjadikan kaya dan miskin bagi siapa saja yang Allah kehendaki. Di balik itu semua ada hikmah.”
Di tempat lain, Ibnu Katsir menerangkan firman Allah,
وَلَوْ بَسَطَ اللَّهُ الرِّزْقَ
لِعِبَادِهِ لَبَغَوْا فِي الْأَرْضِ وَلَكِنْ يُنَزِّلُ بِقَدَرٍ مَا
يَشَاءُ إِنَّهُ بِعِبَادِهِ خَبِيرٌ بَصِيرٌ
“Dan jikalau Allah melapangkan rezki kepada hamba-hamba-Nya
tentulah mereka akan melampaui batas di muka bumi, tetapi Allah
menurunkan apa yang dikehendaki-Nya dengan ukuran. Sesungguhnya Dia Maha
Mengetahui (keadaan) hamba-hamba-Nya lagi Maha Melihat.” (QS. Asy Syuraa: 27) Beliau rahimahullah
lantas menjelaskan,“Seandainya Allah memberi hamba tersebut rizki lebih
dari yang mereka butuh , tentu mereka akan melampaui batas, berlaku
kurang ajar satu dan lainnya, serta akan bertingkah sombong.”Selanjutnya Ibnu Katsir menjelaskan lagi, “Akan tetapi Allah memberi rizki pada mereka sesuai dengan pilihan-Nya dan Allah selalu melihat manakah yang maslahat untuk mereka. Allah tentu yang lebih mengetahui manakah yang terbaik untuk mereka. Allah-lah yang memberikan kekayaan bagi mereka yang Dia nilai pantas menerimanya. Dan Allah-lah yang memberikan kefakiran bagi mereka yang Dia nilai pantas menerimanya.”
Dalam sebuah hadits disebutkan,
إن من عبادى من لا يصلح إيمانه إلا بالغنى ولو أفقرته لكفر، وإن من عبادى من لا يصلح إيمانه إلا الفقر ولو أغنيته لكفر
“Sesungguhnya di antara hamba-Ku, keimanan barulah menjadi baik
jika Allah memberikan kekayaan padanya. Seandainya Allah membuat ia
miskin, tentu ia akan kufur. Dan di antara hamba-Ku, keimanan barulah
baik jika Allah memberikan kemiskinan padanya. Seandainya Allah membuat
ia kaya, tentu ia akan kufur”.Hadits ini dinilai dho’if(lemah), namun maknanya adalah shahih karena memiliki dasarshahih dari surat Asy Syuraa ayat 27.Kaya Bukan Tanda Mulia, Miskin Bukan Tanda Hina
Ketahuilah bahwa kaya dan miskin bukanlah tanda orang itu mulia dan hina. Karena orang kafir saja Allah beri rizki, begitu pula dengan orang yang bermaksiat pun Allah beri rizki. Jadi rizki tidak dibatasi pada orang beriman saja. Itulah lathif-nya Allah (Maha Lembutnya Allah). Sebagaimana dalam ayat disebutkan,
اللهُ لَطِيفٌ بِعِبَادِهِ يَرْزُقُ مَنْ يَشَاءُ وَهُوَ القَوِيُّ العَزِيزُ
“Allah Maha lembut terhadap hamba-hamba-Nya; Dia memberi rezki
kepada yang di kehendaki-Nya dan Dialah yang Maha kuat lagi Maha Perkasa.” (QS. Asy Syura: 19)Sifat orang-orang yang tidak beriman adalah menjadikan tolak ukur kaya dan miskin sebagai ukuran mulia ataukah tidak. Allah Ta’ala berfirman,
وَقَالُوا نَحْنُ أَكْثَرُ أَمْوَالًا
وَأَوْلَادًا وَمَا نَحْنُ بِمُعَذَّبِينَ (35) قُلْ إِنَّ رَبِّي يَبْسُطُ
الرِّزْقَ لِمَنْ يَشَاءُ وَيَقْدِرُ وَلَكِنَّ أَكْثَرَ النَّاسِ لَا
يَعْلَمُونَ (36) وَمَا أَمْوَالُكُمْ وَلَا أَوْلَادُكُمْ بِالَّتِي
تُقَرِّبُكُمْ عِنْدَنَا زُلْفَى إِلَّا مَنْ آَمَنَ وَعَمِلَ صَالِحًا
فَأُولَئِكَ لَهُمْ جَزَاءُ الضِّعْفِ بِمَا عَمِلُوا وَهُمْ فِي
الْغُرُفَاتِ آَمِنُونَ (37)
“Dan mereka berkata: “Kami lebih banyak mempunyai harta dan anak-
anak (daripada kamu) dan Kami sekali-kali tidak akan diazab.
Katakanlah: “Sesungguhnya Tuhanku melapangkan rezki bagi siapa yang
dikehendaki-Nya dan menyempitkan (bagi siapa yang dikehendaki-Nya). Akan
tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui”. Dan sekali-kali bukanlah
harta dan bukan (pula) anak-anak kamu yang mendekatkan kamu kepada Kami
sedikit pun; tetapi orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal-amal
saleh, mereka itulah yang memperoleh balasan yang berlipat ganda
disebabkan apa yang telah mereka kerjakan; dan mereka aman sentosa di
tempat-tempat yang Tinggi (dalam syurga).” (QS. Saba’: 35-37)Orang-orang kafir berpikiran bahwa banyaknya harta dan anak adalah tanda cinta Allah pada mereka. Perlu diketahui bahwa jika mereka, yakni orang-orang kafir diberi rizi di dunia, di akherat mereka akan sengsara dan diadzab. Allah subhanahu wa ta’ala telah menyanggah pemikiran rusak orang kafir tadi dalam firman-Nya,
نُسَارِعُ لَهُمْ فِي الْخَيْرَاتِ بَلْ لَا يَشْعُرُونَ
“Kami bersegera memberikan kebaikan-kebaikan kepada mereka? Tidak, sebenarnya mereka tidak sadar.” (QS. Al Mu’minun: 56)Bukanlah banyaknya harta dan anak yang mendekatkan diri pada Allah, namun iman dan amalan sholeh. Sebagaiman dalam surat Saba’ di atas disebutkan,
وَمَا أَمْوَالُكُمْ وَلَا أَوْلَادُكُمْ بِالَّتِي تُقَرِّبُكُمْ عِنْدَنَا زُلْفَى إِلَّا مَنْ آَمَنَ وَعَمِلَ صَالِحًا
“Dan sekali-kali bukanlah harta dan bukan (pula) anak-anak kamu
yang mendekatkan kamu kepada Kami sedikit pun; tetapi orang-orang yang
beriman dan mengerjakan amal-amal saleh.” Penjelasan dalam ayat ini senada dengan sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam,
إِنَّ اللَّهَ لاَ يَنْظُرُ إِلَى صُوَرِكُمْ وَأَمْوَالِكُمْ وَلَكِنْ يَنْظُرُ إِلَى قُلُوبِكُمْ وَأَعْمَالِكُمْ
“Sesungguhnya Allah tidak melihat kepada rupa dan harta kalian, tetapi Allah melihat kepada hati dan amal kalian” (HR. Muslim no. 2564, dari Abu Hurairah)Kaya bisa saja sebagai istidroj dari Allah, yaitu hamba yang suka bermaksiat dibuat terus terlena dengan maksiatnya lantas ia dilapangkan rizki. Miskin pun bisa jadi sebagai adzab atau siksaan. Semoga kita bisa merenungkan hal ini.
Ibnu Katsir rahimahullah ketika menerangkan firman Allah,
فَأَمَّا الْإِنْسَانُ إِذَا مَا
ابْتَلَاهُ رَبُّهُ فَأَكْرَمَهُ وَنَعَّمَهُ فَيَقُولُ رَبِّي أَكْرَمَنِ
(15) وَأَمَّا إِذَا مَا ابْتَلَاهُ فَقَدَرَ عَلَيْهِ رِزْقَهُ فَيَقُولُ
رَبِّي أَهَانَنِ (16)
“Adapun manusia apabila Tuhannya mengujinya lalu Dia
dimuliakan-Nya dan diberi-Nya kesenangan, Maka Dia akan berkata:
“Tuhanku telah memuliakanku”. Adapun bila Tuhannya mengujinya lalu
membatasi rizkinya Maka Dia berkata: “Tuhanku menghinakanku“. (QS. Al Fajr: 15-16); beliau rahimahullah berkata, “Dalam ayat tersebut, Allah Ta’ala
mengingkari orang yang keliru dalam memahami maksud Allah meluaskan
rizki. Allah sebenarnya menjadikan hal itu sebagai ujian. Namun dia
menyangka dengan luasnya rizki tersebut, itu berarti Allah
memuliakannya. Sungguh tidak demikian, sebenarnya itu hanyalah ujian.
Sebagaimana Allah Ta’ala berfirman,
أَيَحْسَبُونَ أَنَّمَا نُمِدُّهُمْ بِهِ مِنْ مَالٍ وَبَنِينَ نُسَارِعُ لَهُمْ فِي الْخَيْرَاتِ بَل لا يَشْعُرُونَ
“Apakah mereka mengira bahwa harta dan anak-anak yang Kami
berikan kepada mereka itu (berarti bahwa), Kami bersegera memberikan
kebaikan-kebaikan kepada mereka? Tidak, sebenarnya mereka tidak sadar.” (QS. Al Mu’minun: 55-56)Sebaliknya, jika Allah menyempitkan rizki, ia merasa bahwa Allah menghinangkannya. Sebenarnya tidaklah sebagaimana yang ia sangka. Tidaklah seperti itu sama sekali. Allah memberi rizki itu bisa jadi pada orang yang Dia cintai atau pada yang tidak Dia cintai. Begitu pula Allah menyempitkan rizki pada pada orang yang Dia cintai atau pun tidak. Sebenarnya yang jadi patokan ketika seseorang dilapangkan dan disempitkan rizki adalah dilihat dari ketaatannya pada Allah dalam dua keadaan tersebut. Jika ia adalah seorang yang berkecukupan, lantas ia bersyukur pada Allah dengan nikmat tersebut, maka inilah yang benar. Begitu pula ketika ia serba kekurangan, ia pun bersabar.”
Sebab Bertambah dan Barokahnya Rizki
Takwa kepada Allah adalah sebab utama rizki menjadi barokah. Allah subhanahu wa ta’ala menceritakan mengenai Ahli Kitab,
وَلَوْ أَنَّهُمْ أَقَامُوا التَّوْرَاةَ
وَالْإِنْجِيلَ وَمَا أُنْزِلَ إِلَيْهِمْ مِنْ رَبِّهِمْ لَأَكَلُوا مِنْ
فَوْقِهِمْ وَمِنْ تَحْتِ أَرْجُلِهِمْ مِنْهُمْ أُمَّةٌ مُقْتَصِدَةٌ
وَكَثِيرٌ مِنْهُمْ سَاءَ مَا يَعْمَلُونَ
“Dan sekiranya mereka sungguh-sungguh menjalankan (hukum) Taurat
dan Injil dan (Al Quran) yang diturunkan kepada mereka dari Rabbnya,
niscaya mereka akan mendapat makanan dari atas dan dari bawah kaki
mereka. Di antara mereka ada golongan yang pertengahan. dan Alangkah
buruknya apa yang dikerjakan oleh kebanyakan mereka.” (QS. Al Maidah: 66)Dalam ayat lain, Allah Ta’ala berfirman,
وَلَوْ أَنَّ أَهْلَ القُرَى آَمَنُوا وَاتَّقَوْا لَفَتَحْنَا عَلَيْهِمْ بَرَكَاتٍ مِنَ السَّمَاءِ وَالأَرْضِ
“Jikalau sekiranya penduduk negeri-negeri beriman dan bertakwa,
pastilah Kami akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi.” (QS. Al A’rof: 96)
وَمَنْ يَتَّقِ اللَّهَ يَجْعَلْ لَهُ مَخْرَجًا , وَيَرْزُقْهُ مِنْ حَيْثُ لَا يَحْتَسِبُ
“Barangsiapa bertakwa kepada Allah niscaya Dia akan Mengadakan
baginya jalan keluark, dan memberinya rezki dari arah yang tiada
disangka-sangkanya.” (QS. Ath Tholaq: 2-3)
وَأَنْ لَوِ اسْتَقَامُوا عَلَى الطَّرِيقَةِ لَأَسْقَيْنَاهُمْ مَاءً غَدَقًا
“Dan bahwasanya jikalau mereka tetap berjalan lurus di atas jalan
itu (agama Islam), benar-benar Kami akan memberi minum kepada mereka
air yang segar (rezki yang banyak).” (QS. Al Jin: 16)
وَإِذْ تَأَذَّنَ رَبُّكُمْ لَئِنْ شَكَرْتُمْ لَأَزِيدَنَّكُمْ
“Dan (ingatlah juga), tatkala Rabbmu memaklumkan; “Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti Kami akan menambah (nikmat) kepadamu.” (QS. Ibrahim: 7)Sebab Berkurang dan Hilangnya Barokah Rizki
Kebalikan dari di atas, rizki bisa berkurang dan hilang barokahnya karena maksiat dan dosa. Mungkin saja hartanya banyak, namun hilang barokah atau kebaikannya. Karena rizki dari Allah tentu saja diperoleh dengan ketaatan. Allah Ta’ala berfirman,
ظَهَرَ الفَسَادُ فِي البَرِّ وَالبَحْرِ
بِمَا كَسَبَتْ أَيْدِي النَّاسِ لِيُذِيقَهُمْ بَعْضَ الَّذِي عَمِلُوا
لَعَلَّهُمْ يَرْجِعُونَ
“Telah nampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan karena
perbuatan tangan manusia, supaya Allah merasakan kepada mereka
sebahagian dari (akibat) perbuatan mereka, agar mereka kembali (ke jalan
yang benar).” (QS. Ar Rum: 41). Yang dimaksudkan kerusakan di
sini—kata sebagian ulama– adalah kekeringan, paceklik, hilangnya
barokah (rizki). Ibnu ‘Abbas radhiyallahu ‘anhuma berkata,
“Yang dimaksudkan kerusakan di sini adalah hilangnya barokah (rizki)
karena perbuatan hamba. Ini semua supaya mereka kembali pada Allah
dengan bertaubat.” Sedangkan yang dimaksud dengan kerusakan di laut
adalah sulitnya mendapat buruan di laut. Kerusakan ini semua bisa
terjadi karena dosa-dosa manusia.Yang Penting Berusaha dan Tawakkal
Keimanan yang benar rizki bukan hanya dinanti-nanti. Kita bukan menunggu ketiban rizki dari langit. Tentu saja harus ada usaha dan tawakkal, yaitu bersandar pada Allah. Dari Umar bin Al Khoththob radhiyallahu ‘anhu, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
لَوْ أَنَّكُمْ تَتَوَكَّلُونَ عَلَى
اللَّهِ حَقَّ تَوَكُّلِهِ لَرَزَقَكُمْ كَمَا يَرْزُقُ الطَّيْرَ تَغْدُو
خِمَاصاً وَتَرُوحُ بِطَاناً
“Seandainya kalian betul-betul bertawakkal pada Allah, sungguh
Allah akan memberikan kalian rizki sebagaimana burung mendapatkan rizki.
Burung tersebut pergi pada pagi hari dalam keadaan lapar dan kembali
sore harinya dalam keadaan kenyang.”[8]Ibnu ‘Allan mengatakan bahwa As Suyuthi mengatakan, “Al Baihaqi mengatakan dalam Syu’abul Iman:
Hadits ini bukanlah dalil untuk duduk-duduk santai, enggan melakukan usaha untuk memperoleh rizki. Bahkan hadits ini merupakan dalil yang memerintahkan untuk mencari rizki karena burung tersebut pergi di pagi hari untuk mencari rizki. Jadi, yang dimaksudkan dengan hadits ini –wallahu a’lam-: Seandainya mereka bertawakkal pada Allah Ta’ala dengan pergi dan melakukan segala aktivitas dalam mengais rizki, kemudian melihat bahwa setiap kebaikan berada di tangan-Nya dan dari sisi-Nya, maka mereka akan memperoleh rizki tersebut sebagaimana burung yang pergi pagi hari dalam keadaan lapar, kemudian kembali dalam keadaan kenyang. Namun ingatlah bahwa mereka tidak hanya bersandar pada kekuatan, tubuh, dan usaha mereka saja, atau bahkan mendustakan yang telah ditakdirkan baginya. Karena ini semua adanya yang menyelisihi tawakkal.”[9]
Rizki yang Paling Mulia
Sebagian kita menyangka bahwa rizki hanyalah berputar pada harta dan makanan. Setiap meminta dalam do’a mungkin saja kita berpikiran seperti itu. Perlu kita ketahui bahwa rizki yang paling besar yang Allah berikan pada hamba-Nya adalah surga (jannah). Inilah yang Allah janjikan pada hamba-hamba-Nya yang sholeh. Surga adalah nikmat dan rizki yang tidak pernah disaksikan oleh mata, tidak pernah didengar oleh telinga, dan tidak pernah tergambarkan dalam benak pikiran. Setiap rizki yang Allah sebutkan bagi hamba-hamba-Nya, maka umumnya yang dimaksudkan adalah surga itu sendiri. Hal ini sebagaimana maksud dari firman Allah Ta’ala,
لِيَجْزِيَ الَّذِينَ آَمَنُوا وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ أُولَئِكَ لَهُمْ مَغْفِرَةٌ وَرِزْقٌ كَرِيمٌ
“Supaya Allah memberi Balasan kepada orang-orang yang beriman dan
mengerjakan amal yang saleh. mereka itu adalah orang-orang yang baginya
ampunan dan rezki yang mulia.” (QS. Saba’: 4)
وَمَنْ يُؤْمِنْ بِاللهِ وَيَعْمَلْ
صَالِحًا يُدْخِلْهُ جَنَّاتٍ تَجْرِي مِنْ تَحْتِهَا الأَنْهَارُ
خَالِدِينَ فِيهَا أَبَدًا قَدْ أَحْسَنَ اللهُ لَهُ رِزْقًا
“Dan barangsiapa beriman kepada Allah dan mengerjakan amal yang
saleh niscaya Allah akan memasukkannya ke dalam surga-surga yang
mengalir di bawahnya sungai-sungai; mereka kekal di dalamnya
selama-lamanya. Sesungguhnya Allah memberikan rezki yang baik kepadanya.” (QS. Ath Tholaq: 11)[10]Jika setiap kita memahami hal ini, yang Allah satu-satunya pemberi rizki dan sungguh Allah benar-benar yang terbaik bagi kita, maka tentu saja kita tidak akan menggantungkan hati pada selain Allah untuk melariskan bisnis. Allah Ta’ala sungguh benar-benar Maha Mencukupi. Allah Maha Mengetahui manakah yang terbaik untuk hamba-Nya, sehingga ada yang Dia jadikan kaya dan miskin. Setiap hamba tidak perlu bersusah payah mencari solusi rizki dengan meminta dan menggantungkan hati pada selain-Nya. Tidak perlu lagi bergantung pada jimat dan penglaris. Gantilah dengan banyak memohon dan meminta kemudahan rizki dari Allah. Wallahu waliyyut taufiq. (*)
Finished on Monday, 2nd Dzulhijjah 1431 H (8/11/2010), in KSU, Riyadh, KSA
Penulis: Muhammad Abduh Tuas
sumber : https://muslim.or.id/5562-memahami-allah-maha-pemberi-rizki.html
Saya bertanya-tanya
dalam keheningan malam dan dengan kejernihan pikiran serta kebeningan
hati serta rasa penasaran pikiranku; anda dan saya percaya dan yakin
haqqul yakin bahwa Tuhan itu Maha Kaya. Namun kenapa banyak orang yang
mengaku ber Tuhan, menjalani hidup penuh kemiskinan, dan
keterbelakangan?
Semoga Kisah sederhana ini bisa menjadi jawabannya dan sekaligus menjadi
solusinya. Selamat membaca !
"Memiliki rumah sendiri adalah impian kami sekeluarga selama ini. Kami
sudah letih berpindah-pindah tempat, dari satu kontrakan ke kontrakan
yang lain. Kami sudah jengah berhadapan dengan pemilik rumah kontrakan
yang cerewet, meneror kami mulai dari mematikan air, mematikan lampu,
hingga tak jarang mengintimidasi keluarga atau tamu yang sedang
berkunjung, bila kami sedikit saja telat membayar uang kontrakan. Maka,
ketika kami berhasil mengumpulkan uang sebesar 60 juta rupiah, kami
langsung bertekad untuk segera membeli rumah.
Sebagai langkah pertama, kami berlangganan koran dan majalah yang memuat
iklan jual beli rumah. Selain itu setiap sabtu dan minggu kami
berkeliling mencari langsung rumah yang hendak dijual. Rumah yang kami
incar adalah seharga Rp. 50 juta sampai 60 juta, sesuai anggaran
maksimal kami saat itu.
Namun hari bertambah hari, minggu bertambah minggu, uang senilai Rp 60
juta tersebut rupanya terlalu sedikit untuk mendapatkan sebuah rumah di
ibukota.
Hingga kemudian, pada suatu sore kami menemukan sebuah rumah yang sangat
mempesona hati kami. Pesona itu semakin memancar ketika anak-anak kami
yang turut serta melihat rumah itu melompat-lompat penuh ceria seraya
berteriak, "Aku suka, Ma, Pa. Ini rumah kita, ya?" celetuk mereka.
Namun sayang beribu sayang, ketika kami bertanya soal harga, ternyata
harganya sangat mahal yakni Rp. 220 juta- 300 % lebih tinggi dari budget
yang kami miliki.
Kami kaget. Hati kami pedih, menemukan sesuatu yang sangat di perlukan,
namun kemampuan finansial kami tak mendukung. Dengan sopan akhirnya kami
meminta maaf dan mengatakan bahwa kemampuan kami saat ini hanya Rp. 120
juta rupiah ( itupun sudah di-mark up 100 % dari kemampuan riel kami).
Tapi apa jawab penunggu rumah tersebut, "Waduh, jangankan segitu pak,
harga 190 juta aja sudah ditolak pemiliknya kemarin," cetus penunggu
rumah tersebut dengan sedikit sewot.
Kami akhirnya pulang, dengan hati yang tercabik-cabik, sembari memberi
nomor kontak kami jika sewaktu-waktu pemilik rumah berubah pikiran.
Satu dua hari tidak ada tanda-tanda sang pemilik rumah tersebut akan
menghubungi kami. Kami kemudian mulai melupakan impian memiliki rumah
dalam waktu dekat.
Hingga beberapa hari kemudian mertua datang dan menanyakan keseriusan
kami membeli rumah. Kami pun bercerita tentang kejadian yang kami alami.
Mendengar cerita tersebut, ia penasaran dan ingin melihat langsung
keadaan rumah tersebut.
"Wah, rumahnya bagus dan harganya segitu murah dibandingkan Nilai Jual
Objek Pajak (NJOP)-nya. Apalagi tahun depan di sini akan dibangun
perumahan real estate yang akan semakin mendongkrak harga jual tanah
tersebut," komentarnya, setelah mengamati rumah yang kami incar
tersebut. Meskipun kami telah mengemukakan, bahwa uang tidak cukup untuk
membeli rumah tersebut, beliau tetap saja memotivasi kami untuk membeli
rumah tersebut. Hal ini tentu saja membuat keinginan kami untuk
memiliki rumah tersebut kembali menguat.
Hari ke-empat setelah peristiwa penemuan "rumah impian" tersebut, sebuah
telepon misterius datang dari seseorang yang mengaku sebagai pemilik
rumah tersebut. Dari pembicaraan melalui telepon itu ia menyatakan
bersedia menurunkan harga. Ia lantas memberi kami harga terbaiknya,
yaitu Rp. 200 juta. Setelah kami mengemukakan keseriusan serta pujian
terhadap rumah tersebut, kami lalu katakan kepadanya bahwa kemampuan
kami saat ini hanya Rp. 150 juta, itupun dengan syarat dicicil.
Anehnya, meskipun sudah ditawar lebih rendah dari harga yang diajukan,
sang pemilik tetap ngotot ingin bertemu dengan kami. Terpaksa kami
persilakan mereka mengunjungi kantor bisnis kami yang sangat sederhana.
Benar saja, keesokan harinya, pemilik rumah tersebut, bersama suaminya
mengunjungi kantor kami. Mereka datang dengan mengendarai mobil
landcruiser yang semakin mengecutkan hati kami. Namun, sebagai pemuda
pembelajar, dan orang yang percaya kesuksesan hak siapa saja dan hanya
soal waktu, kami segera mengendalikan emosi kami. Kedatangan mereka
tetap kami sambut dengan penuh kehangatan. Setelah berbasa-basi ala
kadarnya, dan meminum minuman ringan yang kami sediakan, tibalah kepada
pokok pembicaraan soal rumah. Secara blak-blakan, kami katakan bahwa
kami bersedia membeli rumah itu, namun pembayarannya dengan cara
mencicil.
Mereka awalnya menolak dengan sangat keras. Namun tatkala pembicaraan
sudah semakin akrab, diluar dugaan, sang isteri pemilik rumah itu
bercerita bahwa mereka sedang ditimpa kesulitan, yakni apabila dalam
waktu dua hari ke depan, dia tidak melunasi kreditnya ke sebuah bank
senilai Rp. 50 juta, maka rumah tersebut akan disita, sehingga ia sangat
membutuhkan uang dalam waktu cepat.
Entah kenapa, tiba-tiba hati kami tergerak. Kami mengeluarkan cek
senilai Rp. 50 juta dan mengatakan uang tersebut dapat ia pinjam dulu,
tanpa syarat apa-apa, dan juga tanpa keharusannya menjual rumah tersebut
kepada kami. Rupanya tindakan "heroik" tersebut membuahkan hasil.
Karena setelah itu, ia membisiki suaminya agar bersedia menjual rumah
tersebut, dan pembayarannya dengan cara mencicil. Akhirnya mereka
bersedia menjual sebesar Rp. 190 juta, dan pembayarannya dengan cara
dicicil.
Mendapat kemudahan tersebut, bukannya kami senang, karena kami sadar
kemampuan finansial kami hanya 60 juta dan tidak tahu darimana solusi
untuk mencicilnya. Akhirnya, Sebelum memutuskan menerima harga tersebut,
kami teringat dengan mertua. Kami segera menelpon sang mertua untuk
meminta pandangannya. Dan apa kata mertua? "Allah Maha Kaya, Nak.
Sudahlah! Ambil saja, kalau ada kekurangan sedikit nanti kami bantu,"
tegas sang mertua hebat tersebut memberi dukungan moral dan motivasi
tiada tara.
Dus, akhirnya kesepakatan terjadi. Kami memberi uang muka sebesar Rp 50
juta dan sisanya harus kami lunasi dalam jangka enam bulan berikutnya.
Perasaan kami terasa mengharu biru antara percaya dan tidak percaya
dengan keputusan besar yang baru saja kami lakukan. Kami kaget, betapa
kami kini ternyata bisa memiliki rumah dan bukan sekedar rumah tetapi
benar-benar rumah impian. Impianku, impian isteriku, impian anak-anakku
dan juga impian mertuaku.
Menyadari besarnya beban piutang didepan mata, paska transaksi hebat
tersebut, Kami segera pulang menemui isteri tercinta dan lalu memberikan
pelukan super hangat. Kami lalu segera rapat untuk membuat perencanaan
pembayarannya, merumuskan strategi menggalang order-order baru, membuka
daftar semua relasi dan meminta bantuan terbaiknya.
Singkat cerita, hari-hari kami berikutnya, penuh dengan keajaiban demi
keajaiban. Diluar dugaan, Kami berhasil mengumpulkan uang secara halal
sebesar Rp. 140 juta hanya dalam waktu tiga bulan dan plus 60 juta
tabungan kami berarti genap 200 juta. akhirnya, kami mampu melunasi
pembayaran rumah impian tersebut tanpa meminjam sepeserpun dari orang
lain.
Nah keuntungan lain dari kepemilikan rumah besar tersebut, anak-anak
kami kini lebih memiliki rasa percaya diri. Mereka bebas berlari dirumah
yang lebih luas tidak seperti kontrakan sebelumnya yang hanya berukuran
2 Meter persegi. Lebih dari itu, sejak saat itu anak-anak mulai hidup
lebih sehat, bersih dan nyaris jarang sakit tidak seperti dirumah
kontrakan sebelumnya yang banyak dikelilingi pedangan jajanan. Dan last
but not least, kepercayaan diri kami ikut bertumbuh seiring dengan
prestasi baru yang kami wujudkan. *** ( Dikutip Dari DH. Ismail:
Rahasia Sukses Para Juara: Pustaka Al Kausar 2009 )
True story di atas- yang diceritakan seorang sahabat kepada penulis (
DH.ismail), mengajarkan kita tentang the power of spirit, kekuatan dari
sebuah kemauan, sebuah impian, sebuah motivasi yang menyala-nyala.
Semua kita pasti pernah mengalaminya, baik sadar maupun tidak sadar.
Ketika kita telah tiba pada suatu cita-cita yang membara, energi kita
akan mengalir sedemikian rupa dari arah yang tidak terduka. " Aku sesuai
dengan persangkaan Hambaku" Kata Tuhan dalam ajaran Agama. "Kemana
pikiran tertuju, kesanalah energi mengalir", demikian ungkapan bijak
berkata.
Anthony Robin- seorang coach kelas dunia dan motivator kawakan asal
Amerika, memberikan dalil pembenaran atas kerangka berfikir diatas.
Menurutnya, betapa manusia memiliki kekuatan tanpa batas, jika saja anda
dan saya mengetahui cara menggunakan potensi terbaiknya. Andre Carnegie
seorang pengusaha sukses kelas dunia pun bertutur, "Berikan kepada saya
seorang yang berkemampuan rata-rata tapi dengan kemauan menyala-nyala,
setiap kali akan saya kembalikan seorang pemenang kepada anda."
Motivasi adalah jantung setiap kesuksesan. Kalau hidup tak punya
motivasi jangan bilang hidup tak punya arti, demikian ungkapan bijak
seorang motivator. Banyak bukti menunjukkan perubahan kehidupan
seseorang terjadi secara signifikan tatkala ia menemukan pemicu
motivasinya.
Red Turner sang Pemilik CNN itu bertumbuh menjadi pengusaha televisi
sukses karena mengetahui ayahnya meninggal dalam usia muda karena
terjebak pada comport zone- cita-cita yang rendah yang telah dicapainya.
Tung Desem Waringin bertumbuh menjadi miliuner dan bahkan guru para
miliarder hanya karena menemukan fakta bahwa gajinya sebagai manajer
sukses disebuah cabang bank terbesar yang dipimpinnya tak cukup untuk
mengobati penyakit orang yang dicintainya. Singkatnya, ketika motivasi
superior telah menggelayuti dunia dalam bathin anda, maka tunggulah
berbagai keajaiban akan terjadi.
Namun fakta menunjukkan, tak setiap orang cerdas dan terampil memelihara
motivasinya. Ada juga orang dengan motivasi yang kadarnya sangat
rendah, sehinga ketika menemui kendala sedikit saja membuatnya berhenti
atau mundur dari gelanggang perjuangan. Alhasil, dia gagal mewujudkan
impiannya. Ini menggambarkan bahwa motivasi rendah berkorelasi dengan
kegagalan, sedangkan motivasi superior berkorelasi dengan kesuksesan.
Prof. Laode Kamaluddin menegaskan, bahwa impian-impian sukses itu
laksana nyala lilin yang begitu mudah padam oleh angin yang bertiup.
Lebih lanjut tokoh ini mengatakan bahwa masyarakat Indonesia gagal
menjadi bangsa sukses, karena terlalu besar diliputi rasa takut.
"Ketakutan, yang pelan tapi pasti, mematikan potensi mereka sendiri.
Mereka terlalu dihantui oleh bayangan akan kegagalan dan terlalu banyak
pertimbangan. Mereka juga terlalu memaklumi keadaan mereka sendiri.
Alih-alih mereka melawan ketakutan yang bersarang di dalam diri, mereka
malah lebih suka mencari-cari dalih pembenaran atas keadaan mereka."
Menurut Pakar Motivasi Indonesia, Jansen Sinamo, Spirit atau motivasi
adalah sebuah dorongan berbentuk energi bio psikospiritual dari dalam
hati yang membuat kita melakukan kegiatan tertentu. Semua kegiatan
manusia, dari bangun pagi sampai tidur kembali, selalu didorong oleh
motivasi tertentu. Begitu alamiahnya motivasi ini sehingga kebanyakan
proses dan dinamikanya tidak lagi kita sadari. Menurut Guru Etos
Indonesia ini, ada tiga modus motivasi yaitu:
Motivasi demi hasil, yaitu melakukan sesuatu dengan maksud memperoleh
hasil tertentu. Motto suksesnya adalah "bersakit-sakit dahulu
bersenang-senang kemudian".
Motivasi demi menghindari sesuatu. Manusia jenis ini bersemangat
melakukan sesuatu walaupun prosesnya tidak menyenangkan karena
menghindari resiko yang lebih berat.
Motivasi karena menyukai apa yang dilakukannya (hobi). Melakukan sesuatu
karena proses melakukannya menyenangkan, seperti melakukan sesuatu yang
menjadi hobinya. Seorang kutu buku akan tetap membaca buku meskipun apa
yang dibaca tersebut tidak berkaitan langsung dengan pengembangan
kariernya.
Selain ketiga motivasi diatas, sulit untuk menafikan adanya
motivasi-motivasi yang timbul dari dorongan religiusitas seseorang.
Motivasi ini secara sederhana penulis sebut sebagai motivasi demi
ibadah.
Motivasi demi ibadah adalah pengabdian seseorang pada tugas yang
ditekuninya secara tulus hanya karena ia sadar bahwa bila ia tidak
berbuat sesuatu demi meringankan penderitaan orang lain, maka ia akan
ikut bertanggung jawab atau memiliki dosa sosialnya.
Contoh orang yang sukses atas motivasi ini adalah Muhammad Yunus yang
mendirikan Bank untuk orang miskin meskipun latar belakang keilmuannya
adalah ekonomi klasik dan alumni Amerika pula. Menurut penulis, Apa
dilakukan orang-orang seperti Muhammad Yunus, adalah murni karena
panggilan agama (motivasi ilahiah). Dalam ajaran agama, misalnya, ada
doktrin yang mengajarkan bahwa bila suatu kelompok kaum tidak ada yang
terjun dalam suatu profesi tertentu yang sangat dibutuhkan oleh umat dan
bangsa, maka semua anggota kelompok akan berdosa karena mengabaikannya
(dosa sosial). Nah, untuk menyelamatkan dosa sosial komunitasnya lalu
Muhammad Yunus hadir menciptakan model baru pemberdayaan kaum miskin
berbasis kewirausahaan sosial dan bank untuk kaum miskin. Dalam bentuk
lain, Pembaca juga mungkin pernah mendengar kisah Rabiah Al Adawiyah.
Dimana dalam doanya, wanita perkasa ini mengatakan, kesediaannya masuk
neraka sekalipun jika hal tersebut mampu mendatangkan ridha Allah. Jadi
motivasi bagi kaum sufi semacam ini, fokus program nya menjalani
hidupnya untuk mengejar ridha ilahi. Apapun tantangan yang dihadapi dan
bahkan neraka sekalipun diabaikan demi mendapatkan Ridho Ilahi.
Empat modus motivasi diatas dapat dijadikan modal utama bagi seseorang
untuk mencapai sukses dalam hidup dan kehidupan ini, asal diikuti oleh
tindakan kreatif dan inovatif yang berdisiplin. Dengan sangat baik,
Stephen Covey merumuskannya dengan 4 kata yaitu: Visi, Disiplin, Gairah
dan Displin sebagai modal utama setiap jenis kesuksesan.
Untuk itu sangat penting bagi para pencari sukses untuk mempelajari
teknik dan taktik dalam merawat kualitas motivasinya agar tetap
bergelora dan terarah dalam mendukung sukses yang telah ditetapkan.
Apabila senar motivasi seseorang dikelola dan dipelihara dengan baik,
maka bangkitlah antusiasme yang besar, atau bergetarlah ‘motivasi
superiornya'. Getaran emosi superior akan menghasilkan kinerja unggul.
Dari gambaran-gambaran yang disebutkan di atas dapat disimpulkan bahwa
motivasi sukses bagi anda sangat tergantung kepada anda sendiri. Tanpa
motivasi yang kuat sangat sulit bagi siapapun untuk menggapai sebuah
kesuksesan. Tak peduli apa motivasi anda untuk sukses, tetapi hukum
sukses menyatakan bahwa anda baru akan menggapainya jika anda memiliki
motivasi yang menyala-nyala untuk itu.
Catatan lain yang perlu ditegaskan dalam konteks kisah diatas, adalah
kalau kita percaya bahwa Tuhan itu Maha Kaya, mestinya kita sebagai
khalifahnya bisa hidup penuh kemakmuran kalau kita haqqul yakin dengan
keyakinan kita tersebut. Ini serius bro. Caranya, silahkan rehabilitasi
keyakinan anda dengan sungguh-sungguh dan lihat apa yang terjadi.
Selamat menempuh hidup bermutu-sekali hidup harus berarti.
Selengkapnya : http://www.kompasiana.com/dh.ismail/allah-itu-maha-kaya-tapi-kenapa-kamu-miskin_550025b1a333114a7350fe10
Selengkapnya : http://www.kompasiana.com/dh.ismail/allah-itu-maha-kaya-tapi-kenapa-kamu-miskin_550025b1a333114a7350fe10
Saya bertanya-tanya
dalam keheningan malam dan dengan kejernihan pikiran serta kebeningan
hati serta rasa penasaran pikiranku; anda dan saya percaya dan yakin
haqqul yakin bahwa Tuhan itu Maha Kaya. Namun kenapa banyak orang yang
mengaku ber Tuhan, menjalani hidup penuh kemiskinan, dan
keterbelakangan?
Semoga Kisah sederhana ini bisa menjadi jawabannya dan sekaligus menjadi
solusinya. Selamat membaca !
"Memiliki rumah sendiri adalah impian kami sekeluarga selama ini. Kami
sudah letih berpindah-pindah tempat, dari satu kontrakan ke kontrakan
yang lain. Kami sudah jengah berhadapan dengan pemilik rumah kontrakan
yang cerewet, meneror kami mulai dari mematikan air, mematikan lampu,
hingga tak jarang mengintimidasi keluarga atau tamu yang sedang
berkunjung, bila kami sedikit saja telat membayar uang kontrakan. Maka,
ketika kami berhasil mengumpulkan uang sebesar 60 juta rupiah, kami
langsung bertekad untuk segera membeli rumah.
Sebagai langkah pertama, kami berlangganan koran dan majalah yang memuat
iklan jual beli rumah. Selain itu setiap sabtu dan minggu kami
berkeliling mencari langsung rumah yang hendak dijual. Rumah yang kami
incar adalah seharga Rp. 50 juta sampai 60 juta, sesuai anggaran
maksimal kami saat itu.
Namun hari bertambah hari, minggu bertambah minggu, uang senilai Rp 60
juta tersebut rupanya terlalu sedikit untuk mendapatkan sebuah rumah di
ibukota.
Hingga kemudian, pada suatu sore kami menemukan sebuah rumah yang sangat
mempesona hati kami. Pesona itu semakin memancar ketika anak-anak kami
yang turut serta melihat rumah itu melompat-lompat penuh ceria seraya
berteriak, "Aku suka, Ma, Pa. Ini rumah kita, ya?" celetuk mereka.
Namun sayang beribu sayang, ketika kami bertanya soal harga, ternyata
harganya sangat mahal yakni Rp. 220 juta- 300 % lebih tinggi dari budget
yang kami miliki.
Kami kaget. Hati kami pedih, menemukan sesuatu yang sangat di perlukan,
namun kemampuan finansial kami tak mendukung. Dengan sopan akhirnya kami
meminta maaf dan mengatakan bahwa kemampuan kami saat ini hanya Rp. 120
juta rupiah ( itupun sudah di-mark up 100 % dari kemampuan riel kami).
Tapi apa jawab penunggu rumah tersebut, "Waduh, jangankan segitu pak,
harga 190 juta aja sudah ditolak pemiliknya kemarin," cetus penunggu
rumah tersebut dengan sedikit sewot.
Kami akhirnya pulang, dengan hati yang tercabik-cabik, sembari memberi
nomor kontak kami jika sewaktu-waktu pemilik rumah berubah pikiran.
Satu dua hari tidak ada tanda-tanda sang pemilik rumah tersebut akan
menghubungi kami. Kami kemudian mulai melupakan impian memiliki rumah
dalam waktu dekat.
Hingga beberapa hari kemudian mertua datang dan menanyakan keseriusan
kami membeli rumah. Kami pun bercerita tentang kejadian yang kami alami.
Mendengar cerita tersebut, ia penasaran dan ingin melihat langsung
keadaan rumah tersebut.
"Wah, rumahnya bagus dan harganya segitu murah dibandingkan Nilai Jual
Objek Pajak (NJOP)-nya. Apalagi tahun depan di sini akan dibangun
perumahan real estate yang akan semakin mendongkrak harga jual tanah
tersebut," komentarnya, setelah mengamati rumah yang kami incar
tersebut. Meskipun kami telah mengemukakan, bahwa uang tidak cukup untuk
membeli rumah tersebut, beliau tetap saja memotivasi kami untuk membeli
rumah tersebut. Hal ini tentu saja membuat keinginan kami untuk
memiliki rumah tersebut kembali menguat.
Hari ke-empat setelah peristiwa penemuan "rumah impian" tersebut, sebuah
telepon misterius datang dari seseorang yang mengaku sebagai pemilik
rumah tersebut. Dari pembicaraan melalui telepon itu ia menyatakan
bersedia menurunkan harga. Ia lantas memberi kami harga terbaiknya,
yaitu Rp. 200 juta. Setelah kami mengemukakan keseriusan serta pujian
terhadap rumah tersebut, kami lalu katakan kepadanya bahwa kemampuan
kami saat ini hanya Rp. 150 juta, itupun dengan syarat dicicil.
Anehnya, meskipun sudah ditawar lebih rendah dari harga yang diajukan,
sang pemilik tetap ngotot ingin bertemu dengan kami. Terpaksa kami
persilakan mereka mengunjungi kantor bisnis kami yang sangat sederhana.
Benar saja, keesokan harinya, pemilik rumah tersebut, bersama suaminya
mengunjungi kantor kami. Mereka datang dengan mengendarai mobil
landcruiser yang semakin mengecutkan hati kami. Namun, sebagai pemuda
pembelajar, dan orang yang percaya kesuksesan hak siapa saja dan hanya
soal waktu, kami segera mengendalikan emosi kami. Kedatangan mereka
tetap kami sambut dengan penuh kehangatan. Setelah berbasa-basi ala
kadarnya, dan meminum minuman ringan yang kami sediakan, tibalah kepada
pokok pembicaraan soal rumah. Secara blak-blakan, kami katakan bahwa
kami bersedia membeli rumah itu, namun pembayarannya dengan cara
mencicil.
Mereka awalnya menolak dengan sangat keras. Namun tatkala pembicaraan
sudah semakin akrab, diluar dugaan, sang isteri pemilik rumah itu
bercerita bahwa mereka sedang ditimpa kesulitan, yakni apabila dalam
waktu dua hari ke depan, dia tidak melunasi kreditnya ke sebuah bank
senilai Rp. 50 juta, maka rumah tersebut akan disita, sehingga ia sangat
membutuhkan uang dalam waktu cepat.
Entah kenapa, tiba-tiba hati kami tergerak. Kami mengeluarkan cek
senilai Rp. 50 juta dan mengatakan uang tersebut dapat ia pinjam dulu,
tanpa syarat apa-apa, dan juga tanpa keharusannya menjual rumah tersebut
kepada kami. Rupanya tindakan "heroik" tersebut membuahkan hasil.
Karena setelah itu, ia membisiki suaminya agar bersedia menjual rumah
tersebut, dan pembayarannya dengan cara mencicil. Akhirnya mereka
bersedia menjual sebesar Rp. 190 juta, dan pembayarannya dengan cara
dicicil.
Mendapat kemudahan tersebut, bukannya kami senang, karena kami sadar
kemampuan finansial kami hanya 60 juta dan tidak tahu darimana solusi
untuk mencicilnya. Akhirnya, Sebelum memutuskan menerima harga tersebut,
kami teringat dengan mertua. Kami segera menelpon sang mertua untuk
meminta pandangannya. Dan apa kata mertua? "Allah Maha Kaya, Nak.
Sudahlah! Ambil saja, kalau ada kekurangan sedikit nanti kami bantu,"
tegas sang mertua hebat tersebut memberi dukungan moral dan motivasi
tiada tara.
Dus, akhirnya kesepakatan terjadi. Kami memberi uang muka sebesar Rp 50
juta dan sisanya harus kami lunasi dalam jangka enam bulan berikutnya.
Perasaan kami terasa mengharu biru antara percaya dan tidak percaya
dengan keputusan besar yang baru saja kami lakukan. Kami kaget, betapa
kami kini ternyata bisa memiliki rumah dan bukan sekedar rumah tetapi
benar-benar rumah impian. Impianku, impian isteriku, impian anak-anakku
dan juga impian mertuaku.
Menyadari besarnya beban piutang didepan mata, paska transaksi hebat
tersebut, Kami segera pulang menemui isteri tercinta dan lalu memberikan
pelukan super hangat. Kami lalu segera rapat untuk membuat perencanaan
pembayarannya, merumuskan strategi menggalang order-order baru, membuka
daftar semua relasi dan meminta bantuan terbaiknya.
Singkat cerita, hari-hari kami berikutnya, penuh dengan keajaiban demi
keajaiban. Diluar dugaan, Kami berhasil mengumpulkan uang secara halal
sebesar Rp. 140 juta hanya dalam waktu tiga bulan dan plus 60 juta
tabungan kami berarti genap 200 juta. akhirnya, kami mampu melunasi
pembayaran rumah impian tersebut tanpa meminjam sepeserpun dari orang
lain.
Nah keuntungan lain dari kepemilikan rumah besar tersebut, anak-anak
kami kini lebih memiliki rasa percaya diri. Mereka bebas berlari dirumah
yang lebih luas tidak seperti kontrakan sebelumnya yang hanya berukuran
2 Meter persegi. Lebih dari itu, sejak saat itu anak-anak mulai hidup
lebih sehat, bersih dan nyaris jarang sakit tidak seperti dirumah
kontrakan sebelumnya yang banyak dikelilingi pedangan jajanan. Dan last
but not least, kepercayaan diri kami ikut bertumbuh seiring dengan
prestasi baru yang kami wujudkan. *** ( Dikutip Dari DH. Ismail:
Rahasia Sukses Para Juara: Pustaka Al Kausar 2009 )
True story di atas- yang diceritakan seorang sahabat kepada penulis (
DH.ismail), mengajarkan kita tentang the power of spirit, kekuatan dari
sebuah kemauan, sebuah impian, sebuah motivasi yang menyala-nyala.
Semua kita pasti pernah mengalaminya, baik sadar maupun tidak sadar.
Ketika kita telah tiba pada suatu cita-cita yang membara, energi kita
akan mengalir sedemikian rupa dari arah yang tidak terduka. " Aku sesuai
dengan persangkaan Hambaku" Kata Tuhan dalam ajaran Agama. "Kemana
pikiran tertuju, kesanalah energi mengalir", demikian ungkapan bijak
berkata.
Anthony Robin- seorang coach kelas dunia dan motivator kawakan asal
Amerika, memberikan dalil pembenaran atas kerangka berfikir diatas.
Menurutnya, betapa manusia memiliki kekuatan tanpa batas, jika saja anda
dan saya mengetahui cara menggunakan potensi terbaiknya. Andre Carnegie
seorang pengusaha sukses kelas dunia pun bertutur, "Berikan kepada saya
seorang yang berkemampuan rata-rata tapi dengan kemauan menyala-nyala,
setiap kali akan saya kembalikan seorang pemenang kepada anda."
Motivasi adalah jantung setiap kesuksesan. Kalau hidup tak punya
motivasi jangan bilang hidup tak punya arti, demikian ungkapan bijak
seorang motivator. Banyak bukti menunjukkan perubahan kehidupan
seseorang terjadi secara signifikan tatkala ia menemukan pemicu
motivasinya.
Red Turner sang Pemilik CNN itu bertumbuh menjadi pengusaha televisi
sukses karena mengetahui ayahnya meninggal dalam usia muda karena
terjebak pada comport zone- cita-cita yang rendah yang telah dicapainya.
Tung Desem Waringin bertumbuh menjadi miliuner dan bahkan guru para
miliarder hanya karena menemukan fakta bahwa gajinya sebagai manajer
sukses disebuah cabang bank terbesar yang dipimpinnya tak cukup untuk
mengobati penyakit orang yang dicintainya. Singkatnya, ketika motivasi
superior telah menggelayuti dunia dalam bathin anda, maka tunggulah
berbagai keajaiban akan terjadi.
Namun fakta menunjukkan, tak setiap orang cerdas dan terampil memelihara
motivasinya. Ada juga orang dengan motivasi yang kadarnya sangat
rendah, sehinga ketika menemui kendala sedikit saja membuatnya berhenti
atau mundur dari gelanggang perjuangan. Alhasil, dia gagal mewujudkan
impiannya. Ini menggambarkan bahwa motivasi rendah berkorelasi dengan
kegagalan, sedangkan motivasi superior berkorelasi dengan kesuksesan.
Prof. Laode Kamaluddin menegaskan, bahwa impian-impian sukses itu
laksana nyala lilin yang begitu mudah padam oleh angin yang bertiup.
Lebih lanjut tokoh ini mengatakan bahwa masyarakat Indonesia gagal
menjadi bangsa sukses, karena terlalu besar diliputi rasa takut.
"Ketakutan, yang pelan tapi pasti, mematikan potensi mereka sendiri.
Mereka terlalu dihantui oleh bayangan akan kegagalan dan terlalu banyak
pertimbangan. Mereka juga terlalu memaklumi keadaan mereka sendiri.
Alih-alih mereka melawan ketakutan yang bersarang di dalam diri, mereka
malah lebih suka mencari-cari dalih pembenaran atas keadaan mereka."
Menurut Pakar Motivasi Indonesia, Jansen Sinamo, Spirit atau motivasi
adalah sebuah dorongan berbentuk energi bio psikospiritual dari dalam
hati yang membuat kita melakukan kegiatan tertentu. Semua kegiatan
manusia, dari bangun pagi sampai tidur kembali, selalu didorong oleh
motivasi tertentu. Begitu alamiahnya motivasi ini sehingga kebanyakan
proses dan dinamikanya tidak lagi kita sadari. Menurut Guru Etos
Indonesia ini, ada tiga modus motivasi yaitu:
Motivasi demi hasil, yaitu melakukan sesuatu dengan maksud memperoleh
hasil tertentu. Motto suksesnya adalah "bersakit-sakit dahulu
bersenang-senang kemudian".
Motivasi demi menghindari sesuatu. Manusia jenis ini bersemangat
melakukan sesuatu walaupun prosesnya tidak menyenangkan karena
menghindari resiko yang lebih berat.
Motivasi karena menyukai apa yang dilakukannya (hobi). Melakukan sesuatu
karena proses melakukannya menyenangkan, seperti melakukan sesuatu yang
menjadi hobinya. Seorang kutu buku akan tetap membaca buku meskipun apa
yang dibaca tersebut tidak berkaitan langsung dengan pengembangan
kariernya.
Selain ketiga motivasi diatas, sulit untuk menafikan adanya
motivasi-motivasi yang timbul dari dorongan religiusitas seseorang.
Motivasi ini secara sederhana penulis sebut sebagai motivasi demi
ibadah.
Motivasi demi ibadah adalah pengabdian seseorang pada tugas yang
ditekuninya secara tulus hanya karena ia sadar bahwa bila ia tidak
berbuat sesuatu demi meringankan penderitaan orang lain, maka ia akan
ikut bertanggung jawab atau memiliki dosa sosialnya.
Contoh orang yang sukses atas motivasi ini adalah Muhammad Yunus yang
mendirikan Bank untuk orang miskin meskipun latar belakang keilmuannya
adalah ekonomi klasik dan alumni Amerika pula. Menurut penulis, Apa
dilakukan orang-orang seperti Muhammad Yunus, adalah murni karena
panggilan agama (motivasi ilahiah). Dalam ajaran agama, misalnya, ada
doktrin yang mengajarkan bahwa bila suatu kelompok kaum tidak ada yang
terjun dalam suatu profesi tertentu yang sangat dibutuhkan oleh umat dan
bangsa, maka semua anggota kelompok akan berdosa karena mengabaikannya
(dosa sosial). Nah, untuk menyelamatkan dosa sosial komunitasnya lalu
Muhammad Yunus hadir menciptakan model baru pemberdayaan kaum miskin
berbasis kewirausahaan sosial dan bank untuk kaum miskin. Dalam bentuk
lain, Pembaca juga mungkin pernah mendengar kisah Rabiah Al Adawiyah.
Dimana dalam doanya, wanita perkasa ini mengatakan, kesediaannya masuk
neraka sekalipun jika hal tersebut mampu mendatangkan ridha Allah. Jadi
motivasi bagi kaum sufi semacam ini, fokus program nya menjalani
hidupnya untuk mengejar ridha ilahi. Apapun tantangan yang dihadapi dan
bahkan neraka sekalipun diabaikan demi mendapatkan Ridho Ilahi.
Empat modus motivasi diatas dapat dijadikan modal utama bagi seseorang
untuk mencapai sukses dalam hidup dan kehidupan ini, asal diikuti oleh
tindakan kreatif dan inovatif yang berdisiplin. Dengan sangat baik,
Stephen Covey merumuskannya dengan 4 kata yaitu: Visi, Disiplin, Gairah
dan Displin sebagai modal utama setiap jenis kesuksesan.
Untuk itu sangat penting bagi para pencari sukses untuk mempelajari
teknik dan taktik dalam merawat kualitas motivasinya agar tetap
bergelora dan terarah dalam mendukung sukses yang telah ditetapkan.
Apabila senar motivasi seseorang dikelola dan dipelihara dengan baik,
maka bangkitlah antusiasme yang besar, atau bergetarlah ‘motivasi
superiornya'. Getaran emosi superior akan menghasilkan kinerja unggul.
Dari gambaran-gambaran yang disebutkan di atas dapat disimpulkan bahwa
motivasi sukses bagi anda sangat tergantung kepada anda sendiri. Tanpa
motivasi yang kuat sangat sulit bagi siapapun untuk menggapai sebuah
kesuksesan. Tak peduli apa motivasi anda untuk sukses, tetapi hukum
sukses menyatakan bahwa anda baru akan menggapainya jika anda memiliki
motivasi yang menyala-nyala untuk itu.
Catatan lain yang perlu ditegaskan dalam konteks kisah diatas, adalah
kalau kita percaya bahwa Tuhan itu Maha Kaya, mestinya kita sebagai
khalifahnya bisa hidup penuh kemakmuran kalau kita haqqul yakin dengan
keyakinan kita tersebut. Ini serius bro. Caranya, silahkan rehabilitasi
keyakinan anda dengan sungguh-sungguh dan lihat apa yang terjadi.
Selamat menempuh hidup bermutu-sekali hidup harus berarti.
Selengkapnya : http://www.kompasiana.com/dh.ismail/allah-itu-maha-kaya-tapi-kenapa-kamu-miskin_550025b1a333114a7350fe10
Selengkapnya : http://www.kompasiana.com/dh.ismail/allah-itu-maha-kaya-tapi-kenapa-kamu-miskin_550025b1a333114a7350fe10
Comments
Post a Comment